Wednesday, 8 April 2015

Mengenal Lebih Dekat Kasat Lantas Polres Bone, AKP. Tahang Abdullah

Kasat Lantas Polres Bone
AKP. Tahang Abdullah
Hari ini, Selasa, 07 April 2015, tepat 53 tahun yang lalu, lahir seorang putra dari keluarga petani di Bumi Arung Palakka. Lebih tepatnya pada 07 April 1962 silam. Ia terlahir dengan nama Tahang Abdullah. Saat ini, seiring berjalannya waktu, namanya bertambah menjadi Ajun Komisaris Polisi (AKP) Tahang Abdullah sebagai Kepala Satuan Lalu Lintas (Kasat Lantas) Polres Bone.

Kini, orang nomor satu di Satlantas Polres Bone itu memiliki empat anak dari seorang istri. Berkat didikannya yang tegas dan disiplin, dua anaknya sekarang sudah mengikuti jejak karirnya sebagai anggota Polri. Satu bertugas di Jakarta dan Polres Bone. Kemudian dua anak lainnya, masih menggeluti dunia bangku sekolah, anak perempuan semata wayangnya bersekolah di salah satu SMA di Kota Watampone dan si bungsu menimba ilmu di salah satu MTS di Kota Watampone juga.

Usut punya usut, Tahang Abdullah memilih berprofesi menjadi polisi karena beliau sejak lama ia menyukai aparatur negara yang identik dengan seragam coklat itu. "Saya pilih polisi karena saya suka polisi, di mana-mana polisi dibutuhkan, dan saya ingin anak-anakku menjadi polisi semua, agar bisa mengayomi masyarakat," tuturnya dengan ramah saat Tribun Bone bertamu di ruang kerjanya, belum lama ini.

Ayah dari empat anak itu pernah beberapa kali menjabat Kapolsek di Kab. Bone, diantaranya, Kapolsek Cenrana, Barebbo, dan Pelabuhan Bajoe. Bukan hanya itu, pria yang tegas, namun bersahaja itu, pernah menjadi Kasat Lantas di Polres Jeneponto dan Kep. Selayar.

Menurutnya, selama ia menjadi abdi negara dengan label polisi, pengalaman yang paling berkesan dan tak terlupakan adalah ketika ia melerai konflik antara Lacokkong dan Labempa. "Pengalaman yang paling berkesan itu, ketika saya ditugaskan melerai antara Lacokkong dan Labempa. Semua orang bawa parang dan badik, Bahkan ada bawa senjata rakitan (papporo), di situ saya baru menyadari betapa pentingnya kehadiran polisi di tengah-tengah masyarakat," katanya sembari tersenyum dan sesekali mengisap sebatang rokok yang bertengger di jari jemarinya.

Pria yang pernah mencicipi dunia pendidikan di SDN 48 Paccing, SMPN 1 Watampone dan SMAN 2 Watampone itu, juga menceritakan sukadukanya selama menjadi pengayom masyarakat. "Dulu waktu saya jadi Kapolsek Barebbo, ada kejadian perkelahian antara dua kelompok massa, saya ditelpon pada pukul 03.00 wita subuh. Sebagai petugas, saya tinggalkan ngorokku dan langsung ke TKP," ujar pria humoris itu.

Sosok Perwira Polisi bersahaja nan tegas ini dikenal dengan sikapnya yang ramah, mudah bergaul dengan semua kalangan, apa adanya dan selalu berusaha mensyukuri nikmat yang diberikan Sang Pencipta. "Apa yang diberikan Tuhan kepada saya, itu sudah menjadi nikmat yang luar biasa dan harus saya syukuri. Semuanya saya ajak bergaul, mau tukang becak, pemulung atau apa. Saya tidak memilih-milih orang, adik boleh bertanya di dekat rumah bagaimana sosok saya. Semuanya saya anggap kawan bukan lawan," tutur pria yang beralamat di Jalan Latenritatta itu.

Diakhir percakapan, ia bertutur dengan nada nyaring kalau polisi itu harus mengutamakan kepentingan orang banyak (masyarakat) daripada kepentingan diri sendiri dan keluarganya.

0 komentar:

Post a Comment

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com