PONRE, BONEBER1.COM--Jika anda pernah berkunjung ke Desa Pattimpa, kata Mico tentu tak asing di indera pendengarannya. Mico merupakan nama salah satu dusun di desa tersebut yang lebih banyak dikenal orang ketimbang nama Pattimpa.
Jauh sebelum Desa Pattimpa terbentuk, Mico sudah dikenal banyak orang sebagai salah satu kampung pada ratusan tahun yang lalu. Hal itu diungkap oleh Ahli Sejarah Ponre, Andi Agustang, S.Pd saat ditemui, Kemarin.
"Menurut sejarahnya, ratusan tahun lalu, dulu di sini semua itu lautan, nah ketika air laut surut sampai ke Bajoe, muncul lah mata air ini dan hanya mata air ini bertahan dan yang lainnya mengalami kekeringan, kata "Mico" itu berasal dari sumur ini. Karena kata mico itukan artinya nampak/muncul, maka disebutlah Mico," terang ayah dua anak itu.
Lanjutnya, pada masa itu muncul sebutir emas sebesar kepala kerbau dari atas kemudian memancarkan sinar ke sumur itu, sehingga mata air sumur itu nampak. "Ini sumur diberikan nama sumur arajange', karena yang mandi-mandi di sini para raja dan panglima perang kerajaan Bone pada waktu itu dan tidak ada yang berani mandi di sini, selain mereka-mereka itu. Mereka itu diantaranya Petta Makkita Walie merupakan panglima perang, pada saat itu, kemudian diturunkan kepada Petta Malampe Gemme'na hingga Petta Labuaja, masa itu masih zaman di mana beras di buang tapi, kulitnya yang dimakan," jelasnya.
Ia menambahkan, Sumur Arajang'e tidak ada yang tahu, siapa yang membuatnya, dengan sendirinya ada. Orang yang pertama kali menemukan sumur ini diperkirakan sudah lapis atau generasi. "tidak ada yang tahu karena orang yang menemukan sudah tiga lapis. Kemudian dulu ada pohon lombok besar sekali pohonnya, tapi memiliki tujuh buah lombok dengan bentuk yang berbeda. ada yang berbentuk buah labu, kapas, jeruk, apel," lanjutnya.
Menurut sejarahnya, Petta Makkita Walie, itu pun dikatakan Petta Makkita Walie,berpesan ketika mau berlindung di atas gunung. Ketika beliau mandi di sumur tersebut, diberikan dan diulur cerek emas dan pakaian dan sampai sekarang pun masyarakat tidak tahu dari mana ke dua benda tersebut berasal.
Jauh sebelum Desa Pattimpa terbentuk, Mico sudah dikenal banyak orang sebagai salah satu kampung pada ratusan tahun yang lalu. Hal itu diungkap oleh Ahli Sejarah Ponre, Andi Agustang, S.Pd saat ditemui, Kemarin.
"Menurut sejarahnya, ratusan tahun lalu, dulu di sini semua itu lautan, nah ketika air laut surut sampai ke Bajoe, muncul lah mata air ini dan hanya mata air ini bertahan dan yang lainnya mengalami kekeringan, kata "Mico" itu berasal dari sumur ini. Karena kata mico itukan artinya nampak/muncul, maka disebutlah Mico," terang ayah dua anak itu.
Lanjutnya, pada masa itu muncul sebutir emas sebesar kepala kerbau dari atas kemudian memancarkan sinar ke sumur itu, sehingga mata air sumur itu nampak. "Ini sumur diberikan nama sumur arajange', karena yang mandi-mandi di sini para raja dan panglima perang kerajaan Bone pada waktu itu dan tidak ada yang berani mandi di sini, selain mereka-mereka itu. Mereka itu diantaranya Petta Makkita Walie merupakan panglima perang, pada saat itu, kemudian diturunkan kepada Petta Malampe Gemme'na hingga Petta Labuaja, masa itu masih zaman di mana beras di buang tapi, kulitnya yang dimakan," jelasnya.
Ia menambahkan, Sumur Arajang'e tidak ada yang tahu, siapa yang membuatnya, dengan sendirinya ada. Orang yang pertama kali menemukan sumur ini diperkirakan sudah lapis atau generasi. "tidak ada yang tahu karena orang yang menemukan sudah tiga lapis. Kemudian dulu ada pohon lombok besar sekali pohonnya, tapi memiliki tujuh buah lombok dengan bentuk yang berbeda. ada yang berbentuk buah labu, kapas, jeruk, apel," lanjutnya.
Menurut sejarahnya, Petta Makkita Walie, itu pun dikatakan Petta Makkita Walie,berpesan ketika mau berlindung di atas gunung. Ketika beliau mandi di sumur tersebut, diberikan dan diulur cerek emas dan pakaian dan sampai sekarang pun masyarakat tidak tahu dari mana ke dua benda tersebut berasal.
0 komentar:
Post a Comment